PEWARTAHARIAN.COM Proyek pekerjaan drainase yang saat ini tengah dikerjakan di depan Kantor Walikota Manado menuai sorotan tajam dari masyarakat. Pekerjaan yang seharusnya menjadi solusi mengatasi masalah genangan air di pusat kota justru dinilai terkesan asal jadi.
Dari pantauan di lapangan, drainase yang baru saja selesai dikerjakan tampak hanya diplester di atas konstruksi lama. Hal ini membuat warga menilai pengerjaan dilakukan sekadar agar terlihat baru, tanpa adanya perbaikan mendasar yang sesuai dengan spesifikasi teknis.
Kondisi tersebut menimbulkan dugaan adanya pengurangan volume pekerjaan. Alih-alih membongkar seluruh struktur lama, sebagian besar drainase justru hanya ditutupi dengan plesteran tipis. Situasi ini dikhawatirkan akan mengurangi daya tahan drainase saat musim hujan tiba.
Sejumlah pengamat pembangunan menilai, kesalahan paling mendasar dalam proyek infrastruktur sering kali terletak pada tahap perencanaan dan desain. Apabila desain drainase tidak sesuai dengan kebutuhan aliran air, sistem akan mudah tersumbat dan gagal menjalankan fungsinya secara maksimal.
Selain itu, faktor penggunaan material juga menjadi perhatian serius. Drainase semestinya dibangun dengan bahan kokoh dan berkualitas agar mampu bertahan lama. Namun, pekerjaan yang hanya ditutupi plester seadanya tentu berisiko cepat rusak, bahkan dalam hitungan bulan setelah selesai.
Tidak kalah penting, aspek profesionalisme tenaga kerja turut dipertanyakan. Pekerjaan drainase idealnya dilakukan oleh pihak yang ahli di bidangnya dengan pengawasan ketat dari instansi terkait. Pengerjaan yang terkesan terburu-buru dan tidak mengikuti spesifikasi teknis jelas merugikan masyarakat.
Warga sekitar pun melontarkan kekecewaan. Mereka menilai anggaran yang digunakan untuk proyek ini seakan-akan tidak membuahkan hasil yang layak. “Baru dikerja, tapi sudah kelihatan tidak rapi. Takutnya kalau hujan deras, drainase tetap tidak mampu menampung air,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Aktivis pemerhati pembangunan di Kota Manado turut menyoroti persoalan ini. Mereka menegaskan, proyek drainase yang tidak sesuai spesifikasi bukan hanya merugikan masyarakat, tetapi juga berpotensi menimbulkan kerugian negara akibat anggaran yang tidak tepat sasaran.
Desakan agar pemerintah kota segera turun tangan pun semakin menguat. Aktivis meminta adanya evaluasi menyeluruh terhadap proyek ini, termasuk meninjau kembali proses perencanaan, kualitas bahan, hingga kinerja kontraktor yang terlibat.
Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek bernama Helmy saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp dengan nomor 08525657**** terkesan enggan merespons. Pesan yang dikirim tidak dibalas, bahkan panggilan telepon pun tidak diangkat. Sikap tersebut menimbulkan pertanyaan publik mengenai transparansi pekerjaan.
Masyarakat berharap pemerintah kota tidak tinggal diam. Mereka meminta agar proyek drainase benar-benar diperiksa kembali dan bila ditemukan kejanggalan, pihak pelaksana harus dimintai pertanggungjawaban.
Drainase yang baik sangat dibutuhkan untuk mengatasi potensi genangan dan banjir di pusat kota. Apalagi, Manado dikenal sebagai daerah dengan intensitas hujan yang tinggi. Bila dibiarkan asal jadi, masalah banjir bisa semakin parah dan membebani masyarakat di kemudian hari.(FORA)




















